Sabtu, 21 Agustus 2010

Icarus

dulu memang dosa. tapa kita memang berbeda arah. tapi kita yang hanya abu memaksa bersatu, entah apa kata Sang Dewata. aku pun takut.
Dia tak perlu menurunkan khaos, hanya waktu yang Dia turunkan untuk menghancurkan genggaman tangan kita
mungkin kita terbang terlalu dekat dengan keagunganNya sampai akhirnya sayap-sayap patah kita terbakar dan terhempas ke pusara.
berharap kita kan menang. masih. entah kapan. entah dimana. aku masih menggurat sepi dimana kata masih bersembunyi malu

Jumat, 13 Agustus 2010

Prologue I

Karena cinta itu hakiki, melewati batas kosmis dan khaos; Seperti Sang Pencipta dengan cintanya menciptakan tempat untuk kita bersanding
Mungkin bibit cintaku kecil, lebih kecil dari biji sesawi tapi hanya hatimu tempat yang menjadikannya lebih besar dari pohon redwood. Mungkin cinta itu pernah tumbang dan menimpaku, hingga sakit. sampai....

Kamis, 12 Agustus 2010

Cinta pada umumnya

Ketika pertama kali melihat sesosok makhluk ciptaan Tuhan yang indah, mungkin kita belum menyadari bahwa suatu saat kita akan tertarik padanya.


Pada awalnya kita hanya kagum dengan parasnya begitu teduh untuk dipandang. Hanya sebatas itu dan itu saja. Namun waktu yang hebat mengubah segalanya.
Tak disangka ketika dua sejoli saling berkenalan dan menunjukkan ketertarikan masing-masing, timbullah hal yang santer disebut orang sebagai cinta. Cinta bak sepasang burung merpati yang sejatinya bermonogami.

Obrolan demi obrolan dilalui dengan gelak tawa dan rasa rindu untuk terus bisa mengenal sang pujaan hati. Kita ingin tahu apa yang dia suka, warna favoritnya, lagu, makanan, bahkan keluarganya sekalipun. Kita pasti menganggap dengan mengenalnya lebih pasti aku dianggapnya lebih dari sekedar teman, tetapi teman dimana yang ingin menapak di jalan yang berujung pada halte dimana kita berharap ia akan menunggu kita untuk berjalan bersamanya.

Ketika ia pun memiliki perasaan yang sama dan kita pun menyadarinya dari sikapnya kepada kita, gaya bahasanya, dan senyumannya yang tersimpul jika berpapasan di jalan dengan kita. Hati pun bergejolak. Apakah kita harus menyatakannya? Apakah harus? Apakah cukup sebatas ini? Toh kita pun sekarang bahagia dengan kedekatan ini. Tapi bagaimana jika dia akhirnya melupakan kita dan menjadi milik orang lain? Apakah kita layak marah, gusar, dan benci akan dia? Tidak! Bagi yang berjiwa mantap dan optimis pasti akan menyatakannya di saat yang tepat, waktu yang tepat, dan suasana yang tepat. Proses pernyataan perasaan pun beragam. Ada yang melalui telpon, pesan, atau bersikap gentle dengan menyatakan langsung di hadapannya. Kemantapan hati bercampur harapan yang dihiasi keraguan terus meraung ketika menyatakan perasaan. Ketika kata-kata itu keluar dari mulut kita, badan kita pun bergetar. Resah menunggu jawaban dari dia.
Dia pun kaget atau pura-pura untuk terkejut karena mungkin ia sudah tahu akan kejadian ini.
Jawabannya pun beragam. Ada yang berupa 'Iya' yang mantap, 'Iya' penuh ragu, 'Kupikir-pikir dulu', dan 'Tidak'.
Ketika mendapat jawaban iya, kita pun langsung terbuai bahagia bagai diangkat ke langit ketujuh. Tetapi jika jawaban tidak didapat. Ketegaran hati yang jadi tameng dari deraan sakit hati. Jiwa yang tegar akan menerima dengan ikhlas karena toh jika dipaksa bersama kita tidak akan bahagia. Tetapi untuk jiwa yang egois dan pecundang akan merubah rasa cinta itu menjadi rasa benci yang amat sangat. Ketipisan rasa sayang dan benci menjadi faktor utama. Tetapi tak jarang ada yang meminta untuk ia memikirkan lagi. Padahal ia pun mendapat jawaban tidak.

Waktu berjalan dengan rasa cinta pada bulan pertama.. Kedua.. Ketiga kalau tahan. Keempat.
Dan mulai muncul sifat pribadi yang berlawanan falsafah dengan pasangan yang kerap berujung masalah. Untuk sebagian yang menjunjung tinggi keluhuran cinta maka masalah-masalah hanya sebagai obat pahit untuk kelancaran perjalanan cinta bukan penyebab perjalanan berakhir. Dan akhirnya merubah rasa cinta yang dulu begitu membara panas menjadi sikap dingin sedingin es di Samudera Arktik.

Dan jika dihadapkan pada kenyataan harus berpisah karena masalah pekerjaan, pendidikan, dan lain sebagainya. Keteguhan cinta yang memegang peran langgengnya cinta. Tapi bisa saja ketidakpastian ujung perjalanan cinta menjadi pemutus hubungan. Tetapi pada hal ini mereka pada umumnya akan putus dengan kesepakatan damai. Tanpa merubah cinta menjadi benci.
Cinta memang bukan benci meskipun perbedaannya sangat tipis.
Melepas kepergiannya memang menyakitkan tapi dengan melepasnya kita pun menunjukkan betapa kita mencintai dia karena kita mau segala yang baik untuk dia. Melepasnya bukan berarti kalah. Tetapi sudah menang dari awal. Karena keteguhan cinta menjadi trofi yang tak terlihat.

Cinta itu seperti obat. Bisa menyembuhkanmu. Tapi bisa juga meracunimu.
Pilihlah cinta yang hakiki dan suci. Berlandas kasih yang tak terhingga seperti cinta Tuhan pada umatNya. Cinta ibu terhadap anaknya.
Karena pada hakikatnya buah cinta adalah kebahagiaan. Bukan kebencian. Bagi yang menghasilkan kebencian adalah mereka yang tertimpa pohon cintanya yang tumbang ketika putus hubungan. Semakin tinggi dan besar pohonnya, semakin sakit ketika ditimpa. Tapi jiwa yang tegar akan mampu menahan timpaan itu dan menaruhnya kembali dengan badan tegak dan tidak meringis kesakitan.

sebenarnya ini pernah dipublish lewat note di FB