Kamis, 30 September 2010

Asma Asmara

Jauh telah kujalani titian jembatan dari Timur Pelosok Sang Cerah. Tak pernah kutemui ada jembatan bercabang seperti ini, yang satu menuntunmu ke cinta cita dan kekelaman serta yang satunya lagi menuntunmu ke realita dan logika bengis kejam tak tahu rasa elegi perih hati.

Andaikan aku bisa membuat jembatanku sendiri. Andaikan aku bisa menyeberangi kepalsuan dan kesemuan dunia nyata ini. Namun kata "andaikan" hanyalah sampah di mata kenyataan. Kenyataan tidak pernah berpihak namun kenyataan menebas semua harapan indah. Kalau kulihat ke belakang, aku masih punya kejayaan di belakang punggungku, siap untuk menyambutku kapan saja. Entah kebodohan apa yang menyebabkan aku jalan terus. Aku mengikuti feromon kasihmu, bahkan ke jurang pun aku ikuti. Kamu yang membuatku menderita karena kehausan kasih ini.Kamu yang membuatku bahagia atas derita ini. Kamu yang membuatku menantang kehendak Dewata.

Masihkah engkau bimbang karenaku?

Kamis, 16 September 2010

Icarus turun untuk terbang lagi

Kutemukan sudah relung nasibku di satu tujuan.
namun rintangan masih tetap bernapas tak pelak kini dia sedang diawasi oleh seonggok makhluk
akankah manusia yang turun dari langit, yang telah menantang Dewata gentar?
retorika hanya tertawa mendengar pernyataan berakhiran questio itu.

Langitku memang dari zaman dahulu. Pernah kelam, pernah terang
namun Langitku memiliki sesuatu yang tidak diketahui oleh siapapun kecuali Sang Dewi yang telah meninggalkan tahta dan melepaskan mahkotanya dahulu.
Kedatanganku memang menjadi pertanyaan dan dengki namun sesungguhnya aku datang demi cintaku. sesungguhnya Sang Dewi harus tahu itu.

Pada saatnya Astarte akan kembali menyematkan mahkota itu pada Dewi dan mungkin akan mengalungkan pedang yang ditempanya di Hutan Lebanon ke lehermu, wahai makhluk.

cintaku bukan hanya satu sloki anggur manis namun lebih besar dari Orchard Bapaku