dulu memang dosa. tapa kita memang berbeda arah. tapi kita yang hanya abu memaksa bersatu, entah apa kata Sang Dewata. aku pun takut.
Dia tak perlu menurunkan khaos, hanya waktu yang Dia turunkan untuk menghancurkan genggaman tangan kita
mungkin kita terbang terlalu dekat dengan keagunganNya sampai akhirnya sayap-sayap patah kita terbakar dan terhempas ke pusara.
berharap kita kan menang. masih. entah kapan. entah dimana. aku masih menggurat sepi dimana kata masih bersembunyi malu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar