Apa yang kamu lakukan ketika melihat tanda larangan?
Apa yang kamu lakukan ketika melihat jurang tanpa jembatan yang menghubungkan ke jurang seberang?
Apa yang kamu lakukan jika kuasa Langit menghalangi langkahmu?
langkah terhenti. berjalan lagi. terhenti lagi. darah terasa mengering di sekitar tulang kering
sejenak menoleh ke belakang... kebahagiaan nyata itu sudah hilang tak terlihat pelupuk mata. hanya kabut
kebahagiaan hanya terlihat di depan tapi kebahagiaan itu maya, abstrak, tak tentu berbentuk ada maupun tiada.
akhirnya karena kebodohan ini mengalahkan logika, kaki sial ini terus berjalan menuju ketidaktentuan.
sampai kapan.. entah.. aku hanya bisa memandangi wajahmu di depan. luka di lubang dada ini tidak lagi masalah
manusia mempunyai relung dan ambang perasaan hatinya. lewat blog. kala rasa dan doa bersatu di dunia maya ciptaan dunia nyata
Sabtu, 18 Desember 2010
Sabtu, 30 Oktober 2010
Gundah, Sesal, Kesal bukan punya Yang Maha Kuasa
ketika berjalan di pertengahan seperti ini, langit seakan menunjukkan tanda yang paling membuatku bertanya pada selaksa debu yang terbang, "mengapa Langit mendung kembali?"
tanyaku tidak ada yang mampu bahkan berani menjawabnya. tak ada yang mampu menyangkal kuasa kahyangan Sang Langit.
namun mengapa gumpalan mega kelabu yang terus menggelayuti kolong langit ini membisikkan sesuatu.
suatu yang membuat hati yang keras bagai intan menjadi rombak susunan karbonnya menjadi arang
mengapa aku memiliki ini? tidak, mengapa aku memilih jalan ini? selalu ada beribu-ribu jalan ke Babylonia, selalu ada banyak jalan untuk menjemputmu.
entah siapa "kamu" itu...
entah pedulikah "kamu" itu...
aku masih menyeret langkah lelahku menuju kamu. tak usah kamu ragukan kesungguhanku!
darah ini hampir habis untukmu. demi perasaan...
tanyaku tidak ada yang mampu bahkan berani menjawabnya. tak ada yang mampu menyangkal kuasa kahyangan Sang Langit.
namun mengapa gumpalan mega kelabu yang terus menggelayuti kolong langit ini membisikkan sesuatu.
suatu yang membuat hati yang keras bagai intan menjadi rombak susunan karbonnya menjadi arang
mengapa aku memiliki ini? tidak, mengapa aku memilih jalan ini? selalu ada beribu-ribu jalan ke Babylonia, selalu ada banyak jalan untuk menjemputmu.
entah siapa "kamu" itu...
entah pedulikah "kamu" itu...
aku masih menyeret langkah lelahku menuju kamu. tak usah kamu ragukan kesungguhanku!
darah ini hampir habis untukmu. demi perasaan...
Kamis, 30 September 2010
Asma Asmara
Jauh telah kujalani titian jembatan dari Timur Pelosok Sang Cerah. Tak pernah kutemui ada jembatan bercabang seperti ini, yang satu menuntunmu ke cinta cita dan kekelaman serta yang satunya lagi menuntunmu ke realita dan logika bengis kejam tak tahu rasa elegi perih hati.
Andaikan aku bisa membuat jembatanku sendiri. Andaikan aku bisa menyeberangi kepalsuan dan kesemuan dunia nyata ini. Namun kata "andaikan" hanyalah sampah di mata kenyataan. Kenyataan tidak pernah berpihak namun kenyataan menebas semua harapan indah. Kalau kulihat ke belakang, aku masih punya kejayaan di belakang punggungku, siap untuk menyambutku kapan saja. Entah kebodohan apa yang menyebabkan aku jalan terus. Aku mengikuti feromon kasihmu, bahkan ke jurang pun aku ikuti. Kamu yang membuatku menderita karena kehausan kasih ini.Kamu yang membuatku bahagia atas derita ini. Kamu yang membuatku menantang kehendak Dewata.
Masihkah engkau bimbang karenaku?
Andaikan aku bisa membuat jembatanku sendiri. Andaikan aku bisa menyeberangi kepalsuan dan kesemuan dunia nyata ini. Namun kata "andaikan" hanyalah sampah di mata kenyataan. Kenyataan tidak pernah berpihak namun kenyataan menebas semua harapan indah. Kalau kulihat ke belakang, aku masih punya kejayaan di belakang punggungku, siap untuk menyambutku kapan saja. Entah kebodohan apa yang menyebabkan aku jalan terus. Aku mengikuti feromon kasihmu, bahkan ke jurang pun aku ikuti. Kamu yang membuatku menderita karena kehausan kasih ini.Kamu yang membuatku bahagia atas derita ini. Kamu yang membuatku menantang kehendak Dewata.
Masihkah engkau bimbang karenaku?
Kamis, 16 September 2010
Icarus turun untuk terbang lagi
Kutemukan sudah relung nasibku di satu tujuan.
namun rintangan masih tetap bernapas tak pelak kini dia sedang diawasi oleh seonggok makhluk
akankah manusia yang turun dari langit, yang telah menantang Dewata gentar?
retorika hanya tertawa mendengar pernyataan berakhiran questio itu.
Langitku memang dari zaman dahulu. Pernah kelam, pernah terang
namun Langitku memiliki sesuatu yang tidak diketahui oleh siapapun kecuali Sang Dewi yang telah meninggalkan tahta dan melepaskan mahkotanya dahulu.
Kedatanganku memang menjadi pertanyaan dan dengki namun sesungguhnya aku datang demi cintaku. sesungguhnya Sang Dewi harus tahu itu.
Pada saatnya Astarte akan kembali menyematkan mahkota itu pada Dewi dan mungkin akan mengalungkan pedang yang ditempanya di Hutan Lebanon ke lehermu, wahai makhluk.
cintaku bukan hanya satu sloki anggur manis namun lebih besar dari Orchard Bapaku
namun rintangan masih tetap bernapas tak pelak kini dia sedang diawasi oleh seonggok makhluk
akankah manusia yang turun dari langit, yang telah menantang Dewata gentar?
retorika hanya tertawa mendengar pernyataan berakhiran questio itu.
Langitku memang dari zaman dahulu. Pernah kelam, pernah terang
namun Langitku memiliki sesuatu yang tidak diketahui oleh siapapun kecuali Sang Dewi yang telah meninggalkan tahta dan melepaskan mahkotanya dahulu.
Kedatanganku memang menjadi pertanyaan dan dengki namun sesungguhnya aku datang demi cintaku. sesungguhnya Sang Dewi harus tahu itu.
Pada saatnya Astarte akan kembali menyematkan mahkota itu pada Dewi dan mungkin akan mengalungkan pedang yang ditempanya di Hutan Lebanon ke lehermu, wahai makhluk.
cintaku bukan hanya satu sloki anggur manis namun lebih besar dari Orchard Bapaku
Sabtu, 21 Agustus 2010
Icarus
dulu memang dosa. tapa kita memang berbeda arah. tapi kita yang hanya abu memaksa bersatu, entah apa kata Sang Dewata. aku pun takut.
Dia tak perlu menurunkan khaos, hanya waktu yang Dia turunkan untuk menghancurkan genggaman tangan kita
mungkin kita terbang terlalu dekat dengan keagunganNya sampai akhirnya sayap-sayap patah kita terbakar dan terhempas ke pusara.
berharap kita kan menang. masih. entah kapan. entah dimana. aku masih menggurat sepi dimana kata masih bersembunyi malu
Dia tak perlu menurunkan khaos, hanya waktu yang Dia turunkan untuk menghancurkan genggaman tangan kita
mungkin kita terbang terlalu dekat dengan keagunganNya sampai akhirnya sayap-sayap patah kita terbakar dan terhempas ke pusara.
berharap kita kan menang. masih. entah kapan. entah dimana. aku masih menggurat sepi dimana kata masih bersembunyi malu
Jumat, 13 Agustus 2010
Prologue I
Karena cinta itu hakiki, melewati batas kosmis dan khaos; Seperti Sang Pencipta dengan cintanya menciptakan tempat untuk kita bersanding
Mungkin bibit cintaku kecil, lebih kecil dari biji sesawi tapi hanya hatimu tempat yang menjadikannya lebih besar dari pohon redwood. Mungkin cinta itu pernah tumbang dan menimpaku, hingga sakit. sampai....
Mungkin bibit cintaku kecil, lebih kecil dari biji sesawi tapi hanya hatimu tempat yang menjadikannya lebih besar dari pohon redwood. Mungkin cinta itu pernah tumbang dan menimpaku, hingga sakit. sampai....
Kamis, 12 Agustus 2010
Cinta pada umumnya
Ketika pertama kali melihat sesosok makhluk ciptaan Tuhan yang indah, mungkin kita belum menyadari bahwa suatu saat kita akan tertarik padanya.
Pada awalnya kita hanya kagum dengan parasnya begitu teduh untuk dipandang. Hanya sebatas itu dan itu saja. Namun waktu yang hebat mengubah segalanya.
Tak disangka ketika dua sejoli saling berkenalan dan menunjukkan ketertarikan masing-masing, timbullah hal yang santer disebut orang sebagai cinta. Cinta bak sepasang burung merpati yang sejatinya bermonogami.
Obrolan demi obrolan dilalui dengan gelak tawa dan rasa rindu untuk terus bisa mengenal sang pujaan hati. Kita ingin tahu apa yang dia suka, warna favoritnya, lagu, makanan, bahkan keluarganya sekalipun. Kita pasti menganggap dengan mengenalnya lebih pasti aku dianggapnya lebih dari sekedar teman, tetapi teman dimana yang ingin menapak di jalan yang berujung pada halte dimana kita berharap ia akan menunggu kita untuk berjalan bersamanya.
Ketika ia pun memiliki perasaan yang sama dan kita pun menyadarinya dari sikapnya kepada kita, gaya bahasanya, dan senyumannya yang tersimpul jika berpapasan di jalan dengan kita. Hati pun bergejolak. Apakah kita harus menyatakannya? Apakah harus? Apakah cukup sebatas ini? Toh kita pun sekarang bahagia dengan kedekatan ini. Tapi bagaimana jika dia akhirnya melupakan kita dan menjadi milik orang lain? Apakah kita layak marah, gusar, dan benci akan dia? Tidak! Bagi yang berjiwa mantap dan optimis pasti akan menyatakannya di saat yang tepat, waktu yang tepat, dan suasana yang tepat. Proses pernyataan perasaan pun beragam. Ada yang melalui telpon, pesan, atau bersikap gentle dengan menyatakan langsung di hadapannya. Kemantapan hati bercampur harapan yang dihiasi keraguan terus meraung ketika menyatakan perasaan. Ketika kata-kata itu keluar dari mulut kita, badan kita pun bergetar. Resah menunggu jawaban dari dia.
Dia pun kaget atau pura-pura untuk terkejut karena mungkin ia sudah tahu akan kejadian ini.
Jawabannya pun beragam. Ada yang berupa 'Iya' yang mantap, 'Iya' penuh ragu, 'Kupikir-pikir dulu', dan 'Tidak'.
Ketika mendapat jawaban iya, kita pun langsung terbuai bahagia bagai diangkat ke langit ketujuh. Tetapi jika jawaban tidak didapat. Ketegaran hati yang jadi tameng dari deraan sakit hati. Jiwa yang tegar akan menerima dengan ikhlas karena toh jika dipaksa bersama kita tidak akan bahagia. Tetapi untuk jiwa yang egois dan pecundang akan merubah rasa cinta itu menjadi rasa benci yang amat sangat. Ketipisan rasa sayang dan benci menjadi faktor utama. Tetapi tak jarang ada yang meminta untuk ia memikirkan lagi. Padahal ia pun mendapat jawaban tidak.
Waktu berjalan dengan rasa cinta pada bulan pertama.. Kedua.. Ketiga kalau tahan. Keempat.
Dan mulai muncul sifat pribadi yang berlawanan falsafah dengan pasangan yang kerap berujung masalah. Untuk sebagian yang menjunjung tinggi keluhuran cinta maka masalah-masalah hanya sebagai obat pahit untuk kelancaran perjalanan cinta bukan penyebab perjalanan berakhir. Dan akhirnya merubah rasa cinta yang dulu begitu membara panas menjadi sikap dingin sedingin es di Samudera Arktik.
Dan jika dihadapkan pada kenyataan harus berpisah karena masalah pekerjaan, pendidikan, dan lain sebagainya. Keteguhan cinta yang memegang peran langgengnya cinta. Tapi bisa saja ketidakpastian ujung perjalanan cinta menjadi pemutus hubungan. Tetapi pada hal ini mereka pada umumnya akan putus dengan kesepakatan damai. Tanpa merubah cinta menjadi benci.
Cinta memang bukan benci meskipun perbedaannya sangat tipis.
Melepas kepergiannya memang menyakitkan tapi dengan melepasnya kita pun menunjukkan betapa kita mencintai dia karena kita mau segala yang baik untuk dia. Melepasnya bukan berarti kalah. Tetapi sudah menang dari awal. Karena keteguhan cinta menjadi trofi yang tak terlihat.
Cinta itu seperti obat. Bisa menyembuhkanmu. Tapi bisa juga meracunimu.
Pilihlah cinta yang hakiki dan suci. Berlandas kasih yang tak terhingga seperti cinta Tuhan pada umatNya. Cinta ibu terhadap anaknya.
Karena pada hakikatnya buah cinta adalah kebahagiaan. Bukan kebencian. Bagi yang menghasilkan kebencian adalah mereka yang tertimpa pohon cintanya yang tumbang ketika putus hubungan. Semakin tinggi dan besar pohonnya, semakin sakit ketika ditimpa. Tapi jiwa yang tegar akan mampu menahan timpaan itu dan menaruhnya kembali dengan badan tegak dan tidak meringis kesakitan.
sebenarnya ini pernah dipublish lewat note di FB
Pada awalnya kita hanya kagum dengan parasnya begitu teduh untuk dipandang. Hanya sebatas itu dan itu saja. Namun waktu yang hebat mengubah segalanya.
Tak disangka ketika dua sejoli saling berkenalan dan menunjukkan ketertarikan masing-masing, timbullah hal yang santer disebut orang sebagai cinta. Cinta bak sepasang burung merpati yang sejatinya bermonogami.
Obrolan demi obrolan dilalui dengan gelak tawa dan rasa rindu untuk terus bisa mengenal sang pujaan hati. Kita ingin tahu apa yang dia suka, warna favoritnya, lagu, makanan, bahkan keluarganya sekalipun. Kita pasti menganggap dengan mengenalnya lebih pasti aku dianggapnya lebih dari sekedar teman, tetapi teman dimana yang ingin menapak di jalan yang berujung pada halte dimana kita berharap ia akan menunggu kita untuk berjalan bersamanya.
Ketika ia pun memiliki perasaan yang sama dan kita pun menyadarinya dari sikapnya kepada kita, gaya bahasanya, dan senyumannya yang tersimpul jika berpapasan di jalan dengan kita. Hati pun bergejolak. Apakah kita harus menyatakannya? Apakah harus? Apakah cukup sebatas ini? Toh kita pun sekarang bahagia dengan kedekatan ini. Tapi bagaimana jika dia akhirnya melupakan kita dan menjadi milik orang lain? Apakah kita layak marah, gusar, dan benci akan dia? Tidak! Bagi yang berjiwa mantap dan optimis pasti akan menyatakannya di saat yang tepat, waktu yang tepat, dan suasana yang tepat. Proses pernyataan perasaan pun beragam. Ada yang melalui telpon, pesan, atau bersikap gentle dengan menyatakan langsung di hadapannya. Kemantapan hati bercampur harapan yang dihiasi keraguan terus meraung ketika menyatakan perasaan. Ketika kata-kata itu keluar dari mulut kita, badan kita pun bergetar. Resah menunggu jawaban dari dia.
Dia pun kaget atau pura-pura untuk terkejut karena mungkin ia sudah tahu akan kejadian ini.
Jawabannya pun beragam. Ada yang berupa 'Iya' yang mantap, 'Iya' penuh ragu, 'Kupikir-pikir dulu', dan 'Tidak'.
Ketika mendapat jawaban iya, kita pun langsung terbuai bahagia bagai diangkat ke langit ketujuh. Tetapi jika jawaban tidak didapat. Ketegaran hati yang jadi tameng dari deraan sakit hati. Jiwa yang tegar akan menerima dengan ikhlas karena toh jika dipaksa bersama kita tidak akan bahagia. Tetapi untuk jiwa yang egois dan pecundang akan merubah rasa cinta itu menjadi rasa benci yang amat sangat. Ketipisan rasa sayang dan benci menjadi faktor utama. Tetapi tak jarang ada yang meminta untuk ia memikirkan lagi. Padahal ia pun mendapat jawaban tidak.
Waktu berjalan dengan rasa cinta pada bulan pertama.. Kedua.. Ketiga kalau tahan. Keempat.
Dan mulai muncul sifat pribadi yang berlawanan falsafah dengan pasangan yang kerap berujung masalah. Untuk sebagian yang menjunjung tinggi keluhuran cinta maka masalah-masalah hanya sebagai obat pahit untuk kelancaran perjalanan cinta bukan penyebab perjalanan berakhir. Dan akhirnya merubah rasa cinta yang dulu begitu membara panas menjadi sikap dingin sedingin es di Samudera Arktik.
Dan jika dihadapkan pada kenyataan harus berpisah karena masalah pekerjaan, pendidikan, dan lain sebagainya. Keteguhan cinta yang memegang peran langgengnya cinta. Tapi bisa saja ketidakpastian ujung perjalanan cinta menjadi pemutus hubungan. Tetapi pada hal ini mereka pada umumnya akan putus dengan kesepakatan damai. Tanpa merubah cinta menjadi benci.
Cinta memang bukan benci meskipun perbedaannya sangat tipis.
Melepas kepergiannya memang menyakitkan tapi dengan melepasnya kita pun menunjukkan betapa kita mencintai dia karena kita mau segala yang baik untuk dia. Melepasnya bukan berarti kalah. Tetapi sudah menang dari awal. Karena keteguhan cinta menjadi trofi yang tak terlihat.
Cinta itu seperti obat. Bisa menyembuhkanmu. Tapi bisa juga meracunimu.
Pilihlah cinta yang hakiki dan suci. Berlandas kasih yang tak terhingga seperti cinta Tuhan pada umatNya. Cinta ibu terhadap anaknya.
Karena pada hakikatnya buah cinta adalah kebahagiaan. Bukan kebencian. Bagi yang menghasilkan kebencian adalah mereka yang tertimpa pohon cintanya yang tumbang ketika putus hubungan. Semakin tinggi dan besar pohonnya, semakin sakit ketika ditimpa. Tapi jiwa yang tegar akan mampu menahan timpaan itu dan menaruhnya kembali dengan badan tegak dan tidak meringis kesakitan.
sebenarnya ini pernah dipublish lewat note di FB
Sabtu, 31 Juli 2010
mengejar mimpi kosong
Terpintas ketika akan angkat kaki dari pulau perantauan kembali ke haribaan tanah darah akan menemukan jawaban dari segala gundah dan cemas
Ternyata cuma hanya habis termakan waktu malas, malas, dan sangat malas...
Terkesan seperti mengejar mimpi kosong dan menghidupkan memori sial
Tak ada satu lepas kata pun dari lidah brengsek dari si brengsek ini. Hidup makin tertelan kekecewaan. Kecewa sampai membelah cermin sendiri.
Cuma bisa merasakan sedih dari rasa senangnya, mungkin ini balas dendam tapi entahlah cuma Yang Maha Mengetahui yang punya jawabannya.
Kembali ke sini dengan membawa rasa kecewa. Semoga perasaan itu masih ada meskipun dalam tak terlihat oleh pancaran sinar bahagia barunya. Saya sudah cukup senang di kedalaman ini
Sabtu, 29 Mei 2010
random words
walking down the street to nowhere.
maybe this feet want to reach your place but my physic won't let them
playing my music through my headphone with my player just keep making my heart torn
i can smell the ocean air, very rough
just what my feeling looks like by now if it were visible
she knew i've walked hundreds of miles just to see her but...
it was just nothing for her. maybe just a common visitor who brought nothing for a gift
trying to break the walls, it only made my fists broken in the other side this damn feeling stays the same
that hundreds of mile that i've been walked before were just a very funny joke
very funny until it brings me stomachache
maybe i don't belong here anymore
this lousy dog is just a trouble-maker
the sky has gotten darker, darker than before. the seagull has left.
there are no more sunshine. only thunder of anger, lightning of rage that shows their existence
castles will crumble like a cracker
you will not know when the sky will show his smile again
but you can always be a villain of the sky of darkness
Langganan:
Postingan (Atom)